PATOLOGI
BIROKRASI
Halaqoh
Ilmiah
Disajikan
pada tanggal 01 September 2014
Pengasuh:
Prof.
Dr. Kyai H. Achmad Mudlor, SH
Oleh:
Luthfiyah
Indah Rohmah
LEMBAGA
TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
SEPTEMBER
2014
A.
PENDAHULUAN
Dalam
materi ini kita akan mengkaji tentang patologi birokrasi. Birokrasi pemerintahan
tidak akan lepas dari yang namanya permasalahan, permasalah itu muncul dari
pertama kali adanya pemerintahan sampai saat ini. Indonesia adalah negara
demokrasi yang pastinya tidak akan terlepas dari partai politik, partai politik
merupakan jembatan rakyat untuk menyampaikan keinginannya kepada pemerintahan
atas atau pemimpin.
Indonesia saat ini sedang mengalami keterpurukan
birokrasi, berbagai masalah muncul dari berbagai kalangan abdi negara. Di dalam
sebuah negara atau pemerintahan para anggota birokrasi disebut sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat. Para abdi tersebut diharapkan dan dituntut
menampilkan perilaku yang sesuai dengan perannya selaku abdi negaara. Namun
saat ini banyak terjadi keluhan dan kritikan mengenai kinerja birokrasi,
birokrasi menunjukkan kondisi yang buruk atau sebagai penyakit yang disebut
sebagai patologi birokrasi. Patologi birokrasi berasal dari kata patologi dan
kata birokrasi, patologi dalam kedokteran adalah penyakit, namun dengan
berkembangnya beberapa ilmu maka patologi juga digunakan untuk ilmu politik.
Sedangkan birokrasi adalah system pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai
pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Beberapa
penyakit birokrasi yakni, parkinsonia (big bureaucracy), Orwellian (peraturan
sebagai perpanjangan tangan negara untuk mengontrol masyarakat), jacksonian
(bureaucratic polity). Patologi bersumber dari penempatan birokrat yang tidak
berdasarkan merit system (jenjang karir). Persoalan birokrasi di Indonesia
lebih didominasi karena kurangnya pemisah yang jelas antara kepentingan politik
dengan administrasi. Keburukan birokrasi yang muncul yakni adanya korupsi oleh
pejabat-pejabat, lambatnya pelayanan public, serta prosedur yang
berbelit-belit.
Semoga pemaparan penulis dalam halaqoh ilmiah ini
dapat memberikan motivasi kepada santiwan-sanriwati Pesantren Luhur Malang
untuk menjadi cendikiawan muslim, dalam menguasai berbagai bidang ilmu.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Patologi Birokrasi
Patologi
birokrasi tersusun dari dua kata yakni kata patologi dan kata birokrasi. Istilah
patologi pertama kali muncul dalam dunia kedokteran yang mempunyai arti
penyakit, namun dengan berkembangnya berbagai ilmu sosial, maka patologi banyak
digunakan sebagai istilah-istilah yang menggambarkan keadaan sosial. Pengertian
patologi dalam KBBI adalah ilmu tentang penyakit, dalam KBBI terdapat dua arti
yakni menurut bahasa dan sosial. Arti patologi menurut bahasa adalah penyelidikan
mengenai cacat dan gangguan yang menghambat kemampuan berkomunikasi verbal
orang. Sedangkan arti sosial patologi adalah ilmu tentang penyakit masyarakat.
Pengertian
birokrasi menurut KBBI adalah
a. system
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegangg
pada hierarki dan jenjang jabatan.
b. Cara
bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan
(adat dan sebagainya) yang banyak lika-likunya.
Birokrasi
menurut beberapa ahli:
·
Thoha mengartikan birokrasi adalah
kekuasaan yang bersifat formal yang didasarkan pada peraturan atau
undang-undang dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi.
·
Karl Marx birokrasi adalah organisasi
yang bersifat parasitic dan eksploitatif.
·
Max Turner dan David Hulme (1997)
mendefinisikan birokrasi sama dengan administrasi negara yaitu dengan melihat
aspek-aspek unik dalam administrasi negara seperti keterkaitan administrasi
negara dengan pemerintah atau negara, keterkaitan dengan hukum, dan adanya aspek
akuntabilitas publik.
Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi
yang menguasainya, dimana para pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan
dalam kontinuitasnya. Adapun cirri-ciri birokrasi menurut Max Weber yakni
1) Pegawai
negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau kedudukannya
2) Pekerjaan
merupakan karir yang terbatas, atau pada pokoknya pekerjaannya sebagai pegawai
negeri
3) Para
pejabat tidak memiliki kantor sendiri
4) Para
pejabat sebagai subjek untuk mengontrol dan mendisiplinkan
5) Promosi
didasarkan pada pertimbangann kemampuan yang melebihi rata-rata
6) Jabatan
administrative yang terorganisasi/tersusun secara hierarkis
7) Setiap
jabatan mempunyai wilayah kompetensinya sendiri
8) Pegawai
negeri ditentukan, tidak dipilih berdasarkan pada kualifikasi teknik yang
ditunjukkan dengan ijazah atau ujian.
Patologi birokrasi adalah penyakit dalam
birokrasi negara yang muncul akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang
membuka kesempatan untuk itu, baik yang menyangkut politis, ekonomis, sosial
budaya dan teknologi. Miftah Thoha (2003) mengungkapkan patologi birokrasi
adalah penyakit, perilaku negative, atau penyimpangan yang dilakukan pejabat
atau lembaga birokrasi dalam rangka melayani public, melaksanakan tugas, dan
menjalankan program pembangunan. Patologi birokrasi atau penyakit birokrasi
adalah hasil interaksi antara stuktur birokrasi yang salah dan
variable-variabel lingkngan yang salah (Dwiyanto, 2011:63).
2.
Jenis
Patologi Birokrasi
Dalam beberapa buku
disebutkan lima jenis patologi birokrasi yang dikenal, yaitu
1) Patologi
yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para birokrat, patologi jenis
ini antara lain adalah penyalagunaan wewenang dan jabatan, menerima suap,
arogansi dan intimidasi, kredibilitas rendah, dan nepotisme.
2) Patologi
yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan para petugas
pelaksana birokrasi. Patologi jenis ini adalah ketidaktelitian dan
ketidakcekatan, ketidak mampuan menjabarkan kebijakan pemimpin, rasa puas diri,
bertindak tanpa pikir, kemampuan rendah, tidak produktif, dan kebingungan.
3) Patologi
yang timbul karena tindakan para birokrat yang melanggar norma hokum dan
peraturan perundang-undangan. Patologi jenis ini adalah menerima suap, korupsi,
ketidak jujuran, kleptorasi, dan mark up anggaran
4) Patologi
yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrat yang bersifat disfungsional.
Patologi jenis ini adalah berindak sewenang-wenang, konspirasi, diskriminatif,
dan tidak disiplin.
5) Patologi
yang merupakan akibat situasi dalam berbagai analisa dalam lingkungan pemerintahan.
Patologi jenis ini adalah eksploitasi bawahan, motivasi tidak tepat, beban
kerja berlebihan, dan kondisi kerja kurang kondusif.
3.
Sebab
dan Akibat Patologi Birokrasi
Pada
umumnya sebuah masalah akan timbul apabila ada yang memicunya, dalam birokrasi
penyakit birokrasi ini muncul dikarenakan adanya beberapa faktor diantaranya
yaitu:
·
Factor internal dalam birokrasi:
a. Kesalahan
dalam system rekrutmen (terdapat kecurangan misalnya ada hubungan keluarga,
nepotisme)
b. Lemahnya
pengawasan
c. Factor
uang (hasrat kepentingan pribadi vs kepentingan rakyat), setiap satuan di dalam
birokrasi public harus mampu menghayati bahwa uang mengikuti fungsi, bukan
fungsi mengikuti uang. Tugas dan fungsi direkayasa untuk mendapatkan jata
alokasi uang negara.
·
Factor eksternal
a. Bureocratic
patrimonial: atasan memberikan hadiah kepada bawahan untuk melanggengkan
kekuasaan, yang diibaratkan sebagai sebuah pramida yang mengandung unsure
patron-client.
b. Politisasi
birokrasi: birokrasi larut dengan kepentingan-kepentingan politik dan rezim
yang berkuasa. Contohnya birokrasi pada masa orde baru.
Terjadinya patologi birokarasi akan
berdampak buruk pada pemerintahan, yaitu antara lain:
·
Merugikan birokrasi sendiri (krisis
kepercayaan, delegitimasi sosial, dll), stakeholder, bangsa dan negara.
·
Menghambat tercapainya kemajuan,
modernisasi, dan kesejahteraan
·
Memicu kerawanan sosial dan perubahan
system secara evolusi dan revolusi.
4.
Cara
Mengatasi Patologi Birokrasi atau Solusi
Upaya
yang bisa dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul akibat
birokrasi yakni,
a. Pemantapan
paradigma secara menyeluruh bahwa fungsi utama birokrat adalah pelayanan
masyarakat.
b. Diketatkannya
standar untuk menjadi seorang birokrat, terutama dalam penguasaan keterampilan
teknologi seperti computer
c. Pengenaan
sanksi tegas bagi setiap pelanggaran ketika masa rekuitmen baru.
Adapun cara yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit birokrat ini seharusnya seluruh lapusan masyarakat saling
membantu bekerjasama untuk melaksanakan proses pemerintahan bersama dengan
sebaik-baiknya. Namun ada solusi yang ditawarkan untuk mengatasi patologi
birokrasi yaitu
1) Perlu
adanya reformasi administrasi global.
2) Pembentukan
kekuatan hokum dan per-Undang-Undangan yang jelas.
3) Menciptakan
system akuntabilitas dan transparansi.
4) Menegakkan
Good Governance.
5.
Data
Kasus
Dalam
pelaksaan birokrasi, akan muncul bebbagai penyakit birokrasi. Contoh dari
penyakit birokrasi adalah
a. Potret
buram penerimaan CPNS, pola rekuitmen CPNS dipenuhi dengan tindakan KKN, birokrasi
dalam jual beli kursi, main mata harga jabatan, dan penyelewengan kekuasaan.
KKN tidak dilakukan secara terbuka, namun dilakukan dengan meknisme tertutup
(reunceupan) dengan mekanisme sama-sama mengerti.
b. Contoh
lain yang menjadi awal terbukanya semua kasus korupsi di Indonesia adalah kasus
Gayus Tambunan, yang menjadikan kasus dalam birokrasi menjadi terbuka lebar dan
di ketahui oleh public. Kasus gayus tambunan ini dimuat dalam Koran harian
KOMPAs terbit pada tanggal 15 April 2010 pada halam 6.
C.
KESIMPULAN
1. Patologi
birokrasi adalah penyakit dalam birokrasi negara yang muncul akibat perilaku
para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan untuk itu, baik yang
menyangkut politis, ekonomis, sosial budaya dan teknologi
2. Jenis-jenis
patologi ada lima yakni
·
Patologi yang timbul karena persepsi dan
gaya manajerial para birokrat
·
Patologi yang disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan keterampilan para petugas pelaksana birokrasi.
·
Patologi yang timbul karena tindakan
para birokrat yang melanggar norma hokum dan peraturan perundang-undangan.
·
Patologi yang dimanifestasikan dalam
perilaku para birokrat yang bersifat disfungsional.
·
Patologi yang merupakan akibat situasi
salam berbagai analisa dalam lingkungan pemerintahan.
3. Timbulnya
patologi birokrsi karena dua factor yakni factor internal dan factor ekstenal.
Yang akan menyababkan kerugian pada pemerintahan itu, yakni
·
Merugikan birokrasi sendiri (krisis
kepercayaan, delegitimasi sosial, dll), stakeholder, bangsa dan negara.
·
Menghambat tercapainya kemajuan,
modernisasi, dan kesejahteraan
·
Memicu kerawanan sosial dan perubahan
system secara evolusi dan revolusi.
4. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah patologi birokrasi
·
Pemantapan paradigma secara menyeluruh bahwa
fungsi utama birokrat adalah pelayanan masyarakat.
·
Diketatkannya standar untuk menjadi
seorang birokrat, terutama dalam penguasaan keterampilan teknologi seperti
computer
·
Pengenaan sanksi tegas bagi setiap
pelanggaran ketika masa rekuitmen baru.
5. Conth
kasus, saat adanya penerimaan CPNS yang dirusak dengan praktik KKN. Serta kasus
Gayus Tambunan yang bisa membuka kasus-kasus para birokrat lain.
Daftar
pustaka
Dwiyanto, Agus. 2011. Mengembalikan
Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Pahlevi, Indra. 1998.
Birokrasi dan Perubahan Sosial
Politik. Jakarta:
Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi SekJen DPR-RI.
Sondang P. Siagian.
1994. Patologi Birokrasi Analisis
Identifikasi dan terapinya. Jakarta; Ghalia Indonesia.
Thoha, Miftah. 2005. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Okjen. Patologi Birokrasi Dalam Pelaksanaan Pemerintahan. 26 Agustus 2014. http://ojenkansil.blogspot.com/2013/06/patologi-birokrasi-dalam-pelaksanaan.html.
Pena, Xpresi. Patologi Birokrasi. 26 Agustus 2014. http://xpresipena.blogspot.com/2011/04/patologi-birokrasi.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar